Selasa, 20 April 2021

KERJA 4 JAM DALAM SEMINGGU? - POINT PENTING BUKU THE 4 HOUR WORK WEEK - TIM FERRIS



Photo by Ocean Ng on Unsplash


Ada buku yang sangat menarik yang merubah cara pandang saya dalam bekerja, di lingkungan workaholic kita dimana kerja dari jam 8 - 4 sore adalah hal yang wajar, Tim Ferris mengajak kita untuk bekerja lebih sedikit, namun dia mengatakan 4 jam bukanlah patokan, hanya saja dia mengajak untuk meminimalisir input untuk memaksimalkan output.

Apakah ini bisa di terapkan? tentu bisa, jawabnya, tapi apakah bisa di terapkan untuk semua orang? jawabannya belum tentu. Lantas, apa yang dapat diambil dari buku ini? berikut 10 point yang bisa kita implementasikan dalam dunia kerja kita.

1. Bekerja lebih sedikit itu bukan malas.


Seperti yang sudah saya katakan tadi, bahwa sosial menganggap kerja dari jam 8 - 4 sore adalah waktu yang wajar untuk bekerja, sehingga orang orang beranggapan bahwa jika seseorang bekerja hanya sebentar/lebih sedikit sama artiannya dengan malas. Dia mengatakan bahwa, sibuk itu adalah malas, malas berfkir dan sembarangan dalam beraksi.

Tim ferris tidak mengajak kita untuk bekerja lebih sedikit dan sisanya duduk di pantai sambil minum pina colada selama 6 jam (itu baru namanya malas). Apa yang dia coba ajak adalah memberikan waktu luang kita untuk projek yang lebih bermakna atau hobi, apakah menjadi sukarelawan di panti asuhan, kegiatan sosial, waktu untuk keluarga atau mempelajari bahasa baru.

Bagi dirinya kurangnya waktu sama dengan kurangnya prioritas, banyak orang mengisi waktu seharian menjadi sibuk, atau dalam kata lain, menjadi kurang efisien. Jika semua orang ingin menjadi produktif dalam bekerja dan menyederhanakan tugas, kita akan punya lebih banyak waktu.

2. Fokus dengan apa yang kita bisa, daripada mencoba memperbaiki kelemahan kita.


Gini aja deh simpelnya, pernah gak, ketika kamu sekolah dan orang tua ternyata tau kamu itu kurang di pelajaran matematika, apa yang bakalan orang tua kamu lakuin? yaps bener, ngasih les kamu buat bisa matematika, well kebanyakan hasilnya yang misalkan nilai kamu 40 mentok mentok naik jadi 60,padahal kamu adalah anak yang jago bahasa inggris, daripada menghabiskan waktu untuk belajar apa yang kita ga bisa, mending fokus di apa yang kita bisa. Itu akan memberikan dampak yang lebih.

3. Orang tidak ingin kaya


Yang kamu baca ini gak salah kok, beneran. Serius malah. Orang tidak ingin jadi kaya, mereka hanya ingin punya gaya hiudp tertentu, bisa punya mobil, rumah, barang branded dan gaya hidup tertentu.

4. Gunakan aturan pareto (80/20)


Di dalam bukunya, Tim Ferris merekomendasikan aturan pareto, dimana 80% output berasal dari 20% input. 80% hasil penjualan berasal dari 20% pelanggan, 80% hasil berasal dari 20% usaha dan waktu yang kita berikan, 80% keuntungan perusahaan berasal dari 20% pelanggan.
Setelah mengetahui ini, kita bisa memilah untuk melakukan 20% untuk menghasilkan 80%.

5. Jauhi dirimu dari keinginan material.


Dulu waktu awal bekerja, masih tinggal sama orang tua, belum ada tagihan listrik, makan dan pulsa, saya sering membeli sesuatu yang aslinya tidak bermanfaat sama sekali, bahkan tidak penting. Ketika gajian, saya entah di tabrak angin apa, saya sangat ingin punya skateboard, alasannya apa? saya juga tidak tau, intinya saya ingin skateboard, kemudian belilah saya skateboard. Mau tau akhirnya? skateboard itu tidak lagi saya gunakan dalam 2 minggu setelahnya. Itulah keinginan sesaat yang bersifat material.

6. Meminimalisir input, untuk memaksimalkan output.


Maksudnya gimana nih? Contoh, ketika kerja, apa perlu kita nyambi chatingan dengan temen? kalau masalah kerjaan dan sesuai dengan yang kamu kerjain saat ini si ga masalah, tapi kalau di luar itu, mending gak usah deh. Contoh lagi, kadang ketika ada sedikit jeda kita pakai untuk iseng buka instagram yang secara gak sadar memakan waktu kita.

7. Mengambil resiko selalu mengalahkan kepuasan.


Banyak orang membuat alasan untuk tidak melakukan sesuatu yang mereka suka. Saya ingin menghabiskan waktu setahun untuk liburan, tapi sayangnya saya hanya dapat kerjaan dengan gaji segini dan waktu cuti hanya dua minggu"

Selalu mudah tidak melakukan sesuatu dibanding melakukan sesuatu. Orang terlalu takut dengan ketidakpastian. Jika kamu sedih dengan keadaan mu sekarang, lakukanlah sesuatu.

8. Jangan meremehkan nilai dari waktu.


Well, yah jadi ingat masa sekolah dulu, saat saya ujian di sekolah ketika di berikan waktu 60 menit, saya masih santai santai aja ngerjain soal, tetapi ketika guru mengatakan, "baik anak anak, waktu tersisa 5 menit" ini adalah kata kata mantra, ketika waktu yang di berikan lebih sedikit kita cenderung menyelesaikan dengan serius.
Contoh, kita diberikan tugas dalam jangka waktu dua bulan, well kebanyakan project itu bakalan selesai dua bulan, tapi kalau misalkan kita di berikan waktu 2 hari, maka mau tidak mau kita lebih serius untuk menyelesaikan dalam waktu dua hari. Sadar atau tidak, ini yang saya terapkan dalam artikel saya, ketika awalnya saya membuat jadwal menulis 1 artikel seminggu, saya mempersingkat waktunya menjadi satu hari satu artikel, dan hasilnya luar biasa, saya menjadi jauh lebih produktif.

9. Ketika dihadapkan dengan pilihan, terkadang kurang adalah lebih.


Nah apa lagi ini gar??? Kurang kok lebih?. Jadi gini, less is more memiliki arti kesederhanaan menimbulkan kejelasan. Contoh, semakin sedikit kita menginginkan suatu barang, semakin banyak kita mengumpulkan uang.

Semakin sedikit barang yang kita punya, semakin sedikit tingkatan stress dan biaya perawatannya. Kenapa begitu?, karena dengan sedikit barang, kita akan kurang stress di banding melihat barang bertumpukan tak terpakai dan juga biaya untuk meraawatnya. Lebih sedikit aplikasi pada smartphone membuat kita fokus ke aplikasi yang paling sering di gunakan. Sampai di sini paham? ke lanjut.

10. Menantang status quo.


Kita bahas dulu apa itu status quo, status quo adalah keadaan sekarang yang tidak berubah, contohnya, kamu sekolah yang bener biar dapat kerja di perusahaan besar dan dapat gaji tinggi. Untuk bisa dikatakan kamu adalah "orang" kamu harus menjadi beberapa profesi ini dalam status quo, polisi, tentara dan PNS. Itulah status quo. Apakah ini salah? tentu tidak, tidak semua orang tertarik untuk menjadi entrepreneur dan itu merupakan hak mereka. Yang salah adalah kamu memaksa orang untuk meyakini apa yang kamu yakini contoh menjadi enterepreneur atau pegawai, karena semua orang berhak menentukan pilihan.

Load comments